Sabtu, 01 September 2012

Kenangan Terindah :'))

               
Hari ini aku memutuskan untuk menghabiskan segala kesedihanku. 
aku sendiri jenuh dengan kesedihan yang tidak ada habisnya,
padahal begitu banyak yang bisa aku syukuri. 
Ya, kebahagiaan sudah bukan lagi untukku.
Aku lelah berjuang untu meraih kebahagiaan itu lagi.
Aku menyerah. Kesempatan kedua itu tak akan pernah ada.
Aku lelah menangis, mengharapkan yang tak nyata.
walau sebagian hatiku ga ikhlas melepaskan setitik harapan itu.
Aku ga boleh cengeng. 
Biarlah sekarang kan kuberikan kebahagiaan untuk yl
untuk orang orang didekatku.
sekalipun tak sesuai dengan keinginanku.
Satu bulan terindah dan terpedih pada saat yang bersamaan.
Sejak mengenalnya ada sisi lain didiriku yang muncul,
yang tak pernah ada sebelumnya, bahkan disaat aku dengan yang lain
Aku sendiri heran mengapa suatu hal yang tak nyata bisa merubahku.
Membuatku ingin menjaga diriku.
menghindari hal yang negatif.
Bahkan menutup diri.
Aku yang tak pernah mampu setia bisa menutup diri??
untuk sebuah hal yang ngga nyata?
Bila perkawinan, agama, norma, orang tua, materi tidak pernah mampu membuatku bisa menjaga kehormatanku.
Mengapa dia bisa tanamkan itu. 
Seandainya kesempatan kedua itu ada.
Mungkin aku tidak sesedih ini.
Tapi aku ga mungkin menukar suatu hal yang pasti dengan yang tak nyata?
Aku ga mungkin meninggalkan yang nyata dengan sesuatu yang semu.
Hatiku berkata u re worth it to be  waited for.
tapi logika ku berkata sebaliknya.
Aku pamit dari kesedihanku.
Mencoba mensyukuri apa yang kumiliki.

Cerita Galau

Semua bermula ketika mataku menangkap bayanganmu, ntah kenapa walaupun belum mengenalmu, aku merasa tertarik padamu. Sejak itu sorot mataku tak pernah lepas dari bayangmu. Semua yang kau lakukan selalu tertangkap oleh mataku. Sampai saat aku sadar, bahwa kau memperhatikan seseorang, seorang Lelaki yang mungkin kau cintai.
Ntah apa yang terjadi, aku memberanikan diri bertanya padamu. Kau diam dan berusaha menentang pertanyaanku. Tapi aku tau dari raut merah wajahmu, mengatakan bahwa dia benar-benar Lelaki istimewa dihatimu.
Melihat itu semua, aku hanya bisa tersenyum. Aku kira semua sudah berakhir, aku tinggal mundur perlahan. Tetapi kamu malah meminta bantuanku untuk memberikan masukan, agar dia bisa jatuh hati padamu. Dan dengan bodohnya aku berkata “ya”.
Sejak saat itu, hubunganku denganmu semakin dekat. Aku sampai berpikir, bahwa aku mengetahui suatu rahasia yang hanya diketahui antara kita berdua. Sedikit demi sedikit rasa tertarikku padamu berkembang menjadi cinta. Rasa cintaku tumbuh tanpa meminta izin terlebih dahulu padamu.
Tapi aku sama sekali tidak ingin menyampaikannya padamu. Karena detik-detik yang kita habiskan bersama sudah lebih dari cukup. Lagipula aku tau diri, kita bersama karena ada “dia” diantara kita.
Mungkin sudah tiba saatnya, kau memberanikan diri untuk mendekatinya. Membuat waktu yang kita habiskan berdua semakin sempit, tidak apa. Aku sudah bertekad untuk mendukungmu.
Semakin hari kau semakin tergila-gila padanya. Mungkin karna kamu sudah lebih mengenalnya. Ada sedikit rasa cemburu. Tapi tidak akan ku biarkan cemburu itu berubah menjadi batu penghancur persahabatan kita.
Hari ini kau menghubungiku, sedikit bahagia, karena sudah lama aku tidak melihat namamu di layar ponselku. Kau berkata ada sesuatu yang ingin kau sampaikan. Tentu saja aku tau pasti tentang “dia”.
Tepat seperti dugaanku, “dia”. Katamu, besok kau akan mengungkapkan perasaanmu padanya. Hanya saja, ada sedikit keraguan dan ketakutan akan kemungkinan yang terjadi, diterima atau ditolak? Aku berusaha untuk tetap tenang. Satu satunya kata yang terbersit dikepalaku hanyalah, senyuman.
Dengan senyuman aku berkata, “Tenang, aku memang tidak  bisa banyak membantu, hanya saja jika kamu merasakan ketakutan saat menyatakan cintamu, aku pasti akan memberikan seluruh keberanianku padamu, tutup matamu dan coba ungkapkan padanya. Aku yakin keberanianku pasti akan tersampaikan padamu.” Setelah mendengar kata kataku dia tertawa dan memelukku. Mungkin itu bukan apa-apa untuknya, tapi tidak bagiku.
Tampangmu tidak buruk, kamu juga pintar. Ntah kenapa aku yakin dia pasti menerimamu. Tapi apapun jawabannya aku hanya bisa menunggu.
Hari itupun tiba, ponselku berdering, namamu tertera dengan indah dilayar ponselku. Aku menyiapkan diri untuk semuanya. Aku menekan tombol terima panggilan. Terdengar nada bahagia yang mengatakan “happy ending”.
Tanpa sadar, aku mengatakan “maaf jika aku akan membuatmu bimbang, tapi aku hanya ingin mengatakan perasaan yang harus disampaikan. Aku mencintaimu, walaupun tau aku akan ditolak. Aku tetap mencintaimu. Selamat, semoga kau bahagia bersamanya.” Aku menutup telepon secara sepihak.
Sadar bahwa aku tidak akan mengangkat teleponmu, kamu mengirimi pesan singkat yang berisi, “aku sedikit terkejut dengan perasaanmu padaku, tapi aku tidak akan mungkin membalas perasaanmu. Maaf”
Perasaan sepihak memang menyakitkan ya, tanpa terasa air mataku mengalir.